Selasa, 16 Juni 2009

Wow, Kingston Besut Flash Disk 128GB





JAKARTA,– Masih ingat dua atau tiga tahun lalu ketika USB flash disk dengan kapasitas 2GB sudah terasa lega, sementara harganya cukup mahal? Kini flash disk berkapasitas besar makin jamak ditemui.

Namun, tawaran terbaru Kingston ini tetap saja mengejutkan. Kingston DataTraveler 200-nya itu mengemaskan kapasitas 200GB—terbesar saat ini. Sayangnya harga flash disk ini juga luarbiasa mahal, bahkan termahal. DataTraveler 200 dibandrol dengan harga 546 dollar AS.

Uang sejumlah itu tidak cuma sebagai penukar flash disk yang kokoh dengan desain tanpa tutup (capless), tetapi juga proteksi password built-in untuk mengamankan file-file penting yang disimpan di dalamnya, plus dukungan Windows ReadyBoost, dan masa garansi selama lima tahun. Satu lagi, flash disk 128GB ini ekslusif karena tidak dijual secara umum, tetapi baru dibuat bila Anda memesannya.

Namun, jika 128GB terasa terlalu besar bagi Anda, pilih saja kapasitas yang lebih rendah, 64GB atau 32GB. Harganya pasti lebih terjangkau, dan bisa dibeli secara bebas di pasar.

taken from:KOMPAS.com

Minggu, 07 Juni 2009

Kangnur Tekno

Setelah Netbook, Terbitlah Smartbook







JAKARTA, KOMPAS.com — Awalnya adalah notebook, lalu muncul smartphone, tablet PC, yang disusul oleh MID (mobile internet device), UMPC (ultra mobile PC), dan netbook. Seakan-akan itu semua belum cukup membuat konsumen bingung, kini akan hadir satu perangkat baru lain.

Namanya smartbook, begitu kata Qualcomm dan Freescale. Perangkat ini diposisikan sebagai pelengkap smartphone, dan harganya akan berada antara handset dan netbook rata-rata. Nah, kalau begitu apa beda smartbook dengan netbook?

Pertama, smartbook—yang akan berfisik amat mirip Sony VAIO P serta lebih tipis dan lebih ringan dibandingkan netbook umumnya—disebutkan akan memiliki baterai yang selama ini kita harapkan ada di sebuah netbook. Rata-rata 8–10 jam.

Kedua, perangkat ini akan mengemaskan konektivitas WWAN 3G secara built-in. Ini mungkin tidak terlalu istimewa, mengingat sudah ada beberapa netbook yang menyediakannya.

Ketiga, para manufaktur smartbook disebutkan sedang menyiapkan pengalaman ala smartphone—tetapi dalam bentuk fisik yang lebih besar—bagi para penggunanya. Perangkat-perangkat tersebut sejauh ini akan ditenagai oleh cip Snapdragon milik Qualcomm atau Freescale, bukan Intel atau AMD.

Dari sisi software, smartbook akan jalan pada Linux yang unik, dengan lingkungan bergaya nyaris Instant-On OS. Tidak terlalu berat, atau ciamik, tetapi menyediakan akses cepat ke hal-hal mendasar, seperti web browsing, e-mail, photo viewing, dan lain-lain.

Harga dan informasi kapan produk ini akan tersedia di pasar belum diungkapkan. Namun, diperkirakan, akhir tahun ini model-model pertama smartbook sudah akan bermunculan, dan mulai mengisi ajang pameran-pameran besar.

taken from KOMPAS Tekno
Windows Tak Akan Dukung Smartbook




Microsoft menyatakan tak akan membuat versi Windows untuk smartbook, konsep perangkat baru yang diperkenalkan dalam ajang Computex di Taipei, Taiwan.

"Perusahaan tak punya rencana mengeluarkan versi Windows yang bekerja di atas platform ARM," kata Steve Gugenheimer, pimpinan divisi OEM Microsoft dalam wawancara di ajang Computex. Selama ini, sistem operasi Windows didesain untuk bekerja pada set instruksi x86 yang digunakan Intel dan AMD saja.

Sementara Smartbook menggunakan mikroprosesor berbasis ARM seperti buatan Qualcomm, Freescale, dan Texas Instruments. Sejumlah vendor komputer tengah mengadopsi konsep desain smartbook yang diposisikan antara smartphone dan netbook.

Microsoft sebenarnya telah mengembangkan versi Windows Mobile yang dapat bekerja dengan chip ARM. Namun, sejauh ini tidak punya rencana untuk mengimpelementasikannya pada kelas produk yang disebut smartbook. Alasannya, potensi pasarnya dinilai masih belum jelas.

Tidak adanya pilihan Windows, mebuka peluang lebar-lebat bagi sistem operasi open source seperti Linux untuk mengambil peran. Beberapa vendor bahkan sudah memamerkan konsep desain awal smartbook menggunakan Android, sistem operasi besutan Google.(PCWorld)

Taken from Kompas.com

Sabtu, 06 Juni 2009

Kangnur Bisnis

Minggu, 31/05/2009 14:19 WIB
Renyahnya Bisnis Kripik Balado
Suhendra - detikFinance






Padang - Wilayah Sumatera Barat sudah sangat terkenal dengan berbagai macam racikan khas bumbu masakannya yang memiliki cita rasa tajam nan lezat. Ketajaman cita rasa masakan ranah minang ini tidak hanya sebatas makanan berat saja, tetapi makanan-makanan ringan untuk cemilan pun sudah banyak dikenal masyarakat luas.

Sebut saja kripik balado yang sudah menjadi makanan ringan khas Sumatera Barat ini, telah membuat Yusral Damiri pemilik usaha makanan ringan Mahkota cukup sukses mengembangkan kripik balado dan cemilan khas minang lainnya.

Bermula dari modal awal sebesar Rp 5 juta, saat ini ia telah berhasil
mengantongi omset miliaran rupiah per tahun.

Elvi Desnita salah satu keluarga pemilik Mahkota mengatakan, awalnya keluarganya memberanikan diri untuk mencoba mengembangkan makanan ringan khas minang dengan tidak sengaja.

Kisahnya bermula ketika sang kakak (Yusral) selalu bolak-balik Jakarta-Padang kebingungan memncari makanan khas minang yang bisa menjadi oleh-oleh alternatif.

“Kami pertama mulai tahun 1993, kakak saya bolak-balik Jakarta. Lalu ingatlah buat kripik balado pertama kali,” kata Elvi kepada detikFinance saat ditemui di lokasi pabrik Mahkota, Padang, Kamis (28/5/2009)

Ia mengakui, awal usahanya tidaklah berjalan mulus. Melalui kripik pisang tawar sebagai produk pertamanya ternyata belum diterima pasar dan mengalami kendala dimana kualitas cepat hancur.

Setelah mengalami kegagalan beberapa kali akhirnya produk kripik balado tercipta sempurna dengan cita rasa dan kemasan yang pas di lidah konsumen.

Di pabriknya yang berlokasi Koto Tangah Padang, saat ini kripik balado Mahkota, mulai berkembang membuat makanan ringan sejenis hingga puluhan item misalnya seperti kripik balado, sanjai, cingcang kripik, jagung goreng, emping jagung, kipang kacang, karak kaliang, ampera, kacang-kacangan dan lain-lain.

Melalui 60 karyawan, kripik Mahkota mampu memproduksi hingga 1,5 ton kripik balado per hari dengan omset rata-rata per bulannya mencapai Rp 150-200 juta. Dengan harga yang bervariatif mulai dari yang termurah untuk kripik sanjai jagung, cincang seharga Rp 20.000 per kilogram sampai kripik balado yang dijual Rp 32.000 per kilogram.

“Pemasaran kami sekarang bukan hanya di Padang saja, tapi sudah meluas ke Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Palembang, Jakarta dan lainnya,” ujarnya.

Saat ini kata dia, masalah bahan baku singkong masih mengalami kendala karena untuk membuat kripik balado yang bagus harus ditopang oleh kualitas ubi singkong yang berkualitas. Untuk menjaga cita-rasa, justru pihaknya sengaja tidak memakai bahan pengawet dengan membuat bumbu khas minang yang alami.

Meski begitu ia optimis bisnis kripik khas minang ini akan semakin kinclong kedepannya setelah mulai ada banyak permintaan dari beberapa daerah lainnya di luar Sumatera.

“Memang beberapa waktu lalu permintaan sempat drop, ketika harga sawit rendah,” katanya.

Tertarik dengan peluang usaha ini? HUbungi: Mahkota (Elvi Desnita)

Jl. Hidayah No 21 RT 01/05 Dadok Tunggul Hitam, Koto Tangah, Padang Sumatera Barat 25176
Telp : 0751-462164(hen/ang)

taken from Suhendra - detikFinance

Rabu, 03 Juni 2009

Menghidupkan Mal yang Mati Suri





Setelah nyaris bangkrut dan akan ditutup, ia justru menjadi ikon mal TI di Indonesia Timur dengan pendapatan melonjak 400%, tenant tumbuh 1.900% dan pengunjung melesat 4.900%. Bagaimana strategi pembenahannya?

Seperti biasanya, Ruddy mendarat di Bandara Juanda, Surabaya usai melakukan perjalanan udara dari luar provinsi. Setelah itu, dia memanggil sopir taksi untuk mengantarkan ke kantor yang kebetulan berada di gedung Hi-Tech Mall (HTM). Namun, pengalaman naik taksinya kali ini sangat berkesan. General Manager PT Sasana Boga itu terhenyak manakala si sopir taksi tidak familier dengan nama HTM yang hendak ditujunya. Lalu, dia menjelaskan ke sopir bahwa lokasi yang dituju berada di Jl. Kusuma Bangsa, persis di depan Makam Pahlawan. Lalu apa jawaban sopir? Dengan enteng ia mengatakan,” Oalah THR Mall ta, Pak?” Dari ucapan sopir yang berdialek Suroboyoan itu jelas bahwa tidak semua masyarakat Surabaya kenal dengan nama HTM.>>>Baca selengkapnya